Tampilkan postingan dengan label Essay. Tampilkan semua postingan

Human Energy

Jumat, 15 Mei 2015
Posted by Unknown
Humans need energy, we always have and always will but how we used energy it’s now critical for us to survival. It all began with fire, today it’s mostly fossil fuels. Now, we are clossing on 7 billion of us. On the planet populations has had it for 10 billion. Our cities and civilizations depend on massive of the energy. Fossil fuels, coal, oil and natural gas provide almost 80% of the energy use world wide. Nuclear it’s a little less in 5%, hydro power a little under 6% and the other renewable solar, wind and geothermal about 1%, but growing fast. Wood and dung make up the rest. Using energy is helping many others would better then ever before. Yet, well over a billion and half of lagging behind. Without access to electricity and  clean fuels.

In recent years, brazillia brougth the electricity in 10 billion, but in rural siara some still live of the grid. No elecrtricity, No running water and No refrigerator to keep food save. Life essential  come from their own hard labour. Education is compossely but study is a challange when evening arrive. The only light is carving light. Theye are smoky and dangerous.


More than half of china 1.3 billion citizen living in country side. Many rural residents still used a wood or coal for cook and heating of the most china already on the grid. China has used the energy the fuel  for development that is  brougth more than half billion of property. In village home there are flat screen TV and air conditioner. By 2030 is projected 350 million chineses more than populations of the entire United State would move country side the cities, a trend that eco world wide. Development in asia, africa, and south america would mean 3 billion people would start using more and more energy as they escape the proverty. Supposed we met  the familiar with old fashion hundred watt light bulb bar unit for compararing energy is. If you are off the grid you share your nation energy would be just a few hundred watts a few light bulbs. Southern American ever about 13 bulbs. For fast developing china is more like 22 bulbs. Europe and rusia 5000 watts, 50 bulbs and North American over then 10.000 watts more than 100 bulbs. Now let’s replace those light bulbs with actual numbers, population have shown cross the bottom and energy used is display vertically. Off the grid to the left North America to the right. If everone everywhere start using energy like North american do.  The world’s energy consumption with more than quite drupal and using fossil fuel is clearly unsustainsiable. No doubt about it. Coal, gas, oil have brought a huge benefit but we wer burning through aproximally a million times faster than nature save them for us. And they will run out. What’s even worst the carbon dioxide from that energy system threatened change the planet in ways they make our life much harder. So, why our fossil fuels such power full but ultimately promblematic solar of energy .
    Indonesia merupakan Negara kepulauan (Nusantara) terbesar di dunia, wilayahnya membentang dari sabang di ujung barat sampai merauke di ujung timur dengan luas pantai ± 99.093 km dan jumlah pulau mencapai 18.000 (National Geographic, 2013). Sebagai Negara kepualaun, Indonesia memiliki kekayaan bahari yang luar biasa melimpah, Lembaga konservasi lingkungan internasional WWF (world wide fund for nature) menempatkan perairan Indonesia kedalam kategori coral triangle atau segitiga terumbu karang, dimana sekitar 75% keanekaragaman terumbu karang dan 3000 spesies ikan dunia hidup didalamnya. Statistik ini tentu saja menjadi anugerah tersendiri karena dengan demikian Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar untuk menjadi Negara tujuan wisata bahari kelas dunia. 

    Akan tetapi kondisi ini tidak serta merta dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pesisir yang notabene menggantungkan hidupnya dari kekayaan laut negara ini yang begitu mewah secara statistik. Bahkan masyarakat pesisir identik sekali dengan kemiskinan, ini adalah fenomena yang kontradiktif dan seharusnya tidak perlu terjadi jika kekayaan serta keindahan bahari negeri ini dapat termanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat secara nyata. 

     Satu potensi yang perlu dikembangkan dan mendapat perhatian adalah sektor pariwisata. Sector ini memiliki masa depan yang menjanjikan sekaligus sector paling efisien dalam pembangunan kelautan sehingga perlu untuk diprioritaskan. Selain itu sector pariwisata memiliki efek domino terhadap sector lain seperti ekonomi, lingkungan serta promosi budaya kepada dunia internasional. Akan tetapi, kenyataanya saat ini banyak spot wisata bahari yang kondisinya terbengkalai dan memprihatinkan, contohnya seperti semakin banyaknya ekosistem terumbu karang yang rusak akibat aktivitas penangkapan ikan yang menggunakan pukat harimau, selain itu juga aktivitas Overfishing yang masih marak ditemukan di perairan negeri ini sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan. Persoalan sampah juga masih sangat lazim dijumpai di hampir setiap lokasi wisata bahari dan pantai. Hilangnya ekosistem mangrove, banyaknya gubuk-gubuk kumuh serta buruknya infrastruktur adalah masalah lain penyebab tidak maksimalnya bisnis pariwisata sector bahari di negeri ini.

   Menyikapi hal tersebut, tidak bisa lantas kita menyalahkan pemerintah sebagai biang keladi. masyarakat juga mempunyai andil yang sama besarnya. Masalah sampah, rusaknya terumbu karang, menipisnya hutan mangrove adalah buah dari perilaku buruk masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, kesadaran untuk menjaga lingkungan agar potensi bahari negeri ini tetap lestari mutlak diperlukan dan harus benar-benar tertanam di hati masyarakat. Berangkat dari persoalan itu, Budaya konservasi menjadi satu hal yang harus ditanamkan sejak dini. Dan generasi muda adalah ujung tombaknya. Watak generasi muda yang penuh semangat, kreatifitas dan inovatif sangat diperlukan. Sejarah mencatat, Perubahan selalu datang dari generasi muda, tengok saja bagaimana pola pergaulan berubah sangat signifikan ketika mark zukenberg, sergey brin dan larry page membuat facebook dan google, dunia berubah karena mereka, kita tentu harus belajar dari sana. Founding father bangsa ini Ir. Soekarno bahkan pernah berujar “Berikan saya sepuluh pemuda maka akan saya guncangkan dunia”. Ini sudah cukup menjadi bukti jika peran pemuda sangat besar untuk sebuah perubahan.

    Persoalan selanjutnya adalah mampukah para pemuda mengemban amanah tersebut. Sedangkan realita mengatakan bahwa sebagian besar pemuda negeri ini sudah “kadung” acuh dengan persoalan bangsanya, bisa kita lihat dari banyak tontonan di televisi bagaimana generasi muda sudah teracuni budaya hedonis, konsumeris, populis dan semacamnya, memang tidak bisa di “generalisir” semuanya, tapi itu cukup merepresentasikan degradasi budaya yang dialami generasi muda saat ini. akan tetapi, sejatinya perubahan tidak perlu diawali dari banyaknya massa. Perubahan bisa kita lakukan secara bertahap mulai dari diri sendiri, orang-orang terdekat, komunitas sampai kemudian membesar dan massif di masyarakat. Sebagai generasi muda yang peduli, yang perlu dilakukan adalah memulai perubahan itu dari sekarang, memulainya dari diri sendiri kemudian menularkannya kepada orang lain. Saat ini banyak komunitas-komunitas yang concern pada isu konservasi lingkungan yang berasal dari para generasi muda. Sudah saatnya partisipasi mereka dioptimalkan. Saat ini pendekatan pembangunan sudah tidak jamannya lagi berpola top-down akan tetapi harus berbasis partisipasi dan kemitraan, dan generasi muda adalah mitra terbaik untuk memulai perubahan. Saatnya ditangan generasi muda Indonesia menjadi negara tujuan wisata bahari nomor satu di dunia.
Welcome to My Blog

Total Visitorz

Arsip Blog

Let's Go Blog

Let's Go Blog
Write Something in your life !

Followers

Tweetz

NetRangger. Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 NetiXen Robotic Notes. Powered by Blogger - Designed by UchaNet-